Namrole, tekab86.com – Ketua PHBI Kabupaten Buru Selatan, Zainal Riangwulo, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota PHBI atas kerja keras dan dedikasi dalam penyelenggaraan sholat Idul adha 1446 H / 2025
Menurutnya Keberhasilan ini adalah berkat kerjasama dan semangat dari seluruh pihak, hal tersebut disampaikannya usai pelaksanaan sholat idul Adha
Riangwulo juga menyampaikan pesan atau motivasi untuk terus meningkatkan kinerja dan semangat dalam menjalankan tugas kedepan
“Selamat atas kesuksesan sholat Idul adha yang telah kita laksanakan bersama. Semoga ibadah kita diterima dan kita semua mendapatkan keberkahan” Kata Riangwulo
Ketua PHBI Buru Selatan ini Berharap, pengalaman dan pelajaran yang di dapatkan dalam pelaksanaan sholat Idul adha kali ini dapat menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kualitas kegiatan keagamaan di masa mendatang.
Sementara itu, Al-Ust Ilham marasauli, Dalam Khutbahnya Saat Bertindak Sebagai Khatib Dalam Pelaksanaan Sholat Idul adha 1446 H Di Mesjid Ar-Rahman Desa fatmite tersebut, Menekankan pentingnya menjadikan keluarga Nabi Ibrahim sebagai teladan.
Hari Raya Idul Adha, kata Ust Ilham marasauli, bukan sekadar penyembelihan hewan kurban semata. Lebih dari itu, ibadah ini adalah simbol pengorbanan dan ketaatan yang diwariskan dari Nabi Ibrahim as dan keluarga. Mereka adalah teladan yang menjunjung tinggi nilai iman, keikhlasan, dan kepatuhan kepada Allah swt. Keteladanan mereka tetap relevan hingga kini.
Al-Ust Ilham marasauli, menyampaikan, Salah satu Pelajaran dari keluarga Nabi Ibrahim adalah pentingnya mendidik anak dengan ketauhidan dan keteladanan yang mulia. Nabi Ibrahim tidak hanya mengajarkan tentang Allah melalui ucapan kata, tetapi juga melalui perbuatan nyata.
Menurutnya, Nabi Ibrahim menunjukkan kesungguhan dalam beribadah. Ia jujur dalam bersikap, teguh dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan tak pernah goyah. Orang tua masa kini harus menyadari bahwa anak belajar lebih cepat melalui teladan bukan hanya perkataan dan perintah.
Selain itu, Lanjut Marasauli, Nabi Ibrahim juga memberikan ruang kepada putranya, Nabi Ismail, untuk menyampaikan pendapatnya dalam peristiwa besar penyembelihan. Meskipun perintah itu datang dari Allah, Nabi Ibrahim tetap berdialog dengan anaknya untuk meyakinkan. Hal ini terekam dalam Al-Qur’an Surah As-Shaffat: 102
Yang dilakukan Nabi Ibrahim ini, Kata Ust Ilham marasauli, adalah bentuk penghargaan kepada anak tercinta. Ini adalah contoh baik komunikasi dua arah dalam keluarga. Ini adalah hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam kehidupan rumah tangga.
Kisah Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar juga mengajarkan tentang keikhlasan dalam menghadapi ujian kehidupan. Mereka diuji dengan berbagai cobaan berat dengan berbagai tantangan. Mereka sempat lama tak memiliki keturunan. Nabi Ibrahim harus meninggalkan keluarga di padang pasir yang gersang tanpa ada tumbuh-tumbuhan.
Setelah memiliki anak, Allah malah memerintahkan untuk menyembelih Ismail, anak yang selama ini diidam-idamkan. Semua itu mereka jalani dengan penuh keikhlasan dan keimanan.
Sementara itu, Siti Hajar sebagai seorang istri pun memberikan teladan berharga bagi kita. Ia adalah teladan perempuan yang kuat, sabar, dan penuh keyakinan pada pertolongan Allah swt. Saat ditinggalkan di padang pasir bersama bayi kecilnya, ia tidak mengeluh dan diam saja. Ketika mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah yang maha kuasa, ia yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya.
Dengan menjadikan keluarga Nabi Ibrahim sebagai teladan, mudah-mudahan kita dapat membangun fondasi keluarga berlandaskan iman. Semoga kita semua mampu meneladani mereka, agar terbentuk generasi yang kuat dalam iman dan takwa, unggul dalam akhlak mulia, dan tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan yang ada.
Penulis – Dade Papalia